Depok, 1 Maret 2025 – Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan, Al Wafi International Islamic Boarding School menggelar acara Kajian Tarhib Ramadhan pada tanggal 1 Ramadhan 1446 atau bertepatan dengan 1 Maret 2025. Acara ini berlangsung di Masjid Nidaul Islam, Kampus B, Jl. Raya Pengasinan, Sawangan, Kota Depok, dan dihadiri oleh para santri serta civitas akademika Al Wafi International Islamic Boarding School.
Dengan tema besar seputar kesiapan menyambut Ramadan, kajian ini dibagi menjadi dua sesi utama:
- Sesi Pagi (10.00 – 12.00 WIB): “Agar Puasa Tak Sia-Sia”
- Sesi Sore (16.30 – 18.00 WIB): “Ramadhan Madrasah Buatku”
Fenomena “STMJ”: Salat Terus Maksiat Jalan
Dalam kajiannya, Ustaz Muhammad Qosim Muhajir, Lc., membahas fenomena yang cukup sering terjadi di masyarakat, yaitu konsep “STMJ” (Salat Terus Maksiat Jalan). Konsep ini menggambarkan individu yang tetap menjalankan ibadah seperti salat dan sedekah, tetapi di sisi lain masih terus melakukan maksiat tanpa usaha untuk berhenti.
“Amal yang ternodai dengan dosa dan kemaksiatan tidak akan memberikan manfaat yang sesungguhnya,” ujar Ustaz Qosim Muhajir. Ia mencontohkan seseorang yang rutin bersedekah tetapi masih melakukan kebiasaan buruk seperti mabuk dan judi. “Bukan berarti sedekah bisa mengimbangi dosa. Yang benar adalah hentikan maksiatnya,” tegasnya.
Beliau juga mengingatkan bahwa amal saleh yang tidak memberikan perubahan positif dalam diri seseorang akan menjadi sia-sia. “Ada orang yang hafal Al-Qur’an, menjadi imam masjid, atau seorang dai, tetapi masih melakukan maksiat. Seharusnya ilmu yang kita pelajari membuahkan amal saleh dan meningkatkan ketakwaan,” tambahnya, mengutip perkataan Imam Ahmad bin Hambal.
Mengapa Kualitas Ibadah Menurun di Ramadan?
Dalam sesi tanya jawab, seorang santri bernama Dani menanyakan fenomena umum di mana semangat ibadah di bulan Ramadan sering menurun seiring berjalannya waktu. Menjawab pertanyaan tersebut, Ustaz Qosim Muhajir menjelaskan beberapa faktor utama penyebabnya:
- Kurangnya niat yang kuat sejak awal – Niat yang mantap akan menjaga konsistensi dalam beribadah.
- Kurangnya keikhlasan dan istikamah – Memohon kepada Allah agar diberikan keikhlasan dan keteguhan dalam menjalankan ibadah sangat penting.
- Kurangnya kesadaran akan kematian – Mengingat bahwa hidup ini sementara akan membantu seseorang lebih giat beribadah.
- Lingkungan yang tidak mendukung – Berteman dengan orang-orang yang baik dan saleh dapat menjaga semangat ibadah.
- Kurangnya doa untuk keteguhan hati – Pentingnya berdoa agar Allah meneguhkan hati dalam kebaikan, seperti dalam doa: Ya muqallibal qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu).
Mengapa Masih Ada Maksiat di Bulan Ramadan?
Isa, santri lainnya, bertanya mengapa masih banyak orang yang melakukan maksiat di bulan Ramadan, padahal disebutkan bahwa setan dibelenggu. Menjawab pertanyaan ini, Ustaz Qosim Muhajir mengutip pendapat para ulama, khususnya Imam Al-Qurtubi, yang menyebutkan dua alasan utama:
- Setan dibelenggu, tetapi hawa nafsu tidak – Manusia tetap memiliki hawa nafsu yang mendorong kepada keburukan, dan tugas manusia adalah mengekang hawa nafsunya.
- Tidak semua setan dibelenggu – Hanya setan yang paling berbahaya yang dibelenggu, sementara jin dan manusia yang memiliki sifat setan tetap bebas berbuat kerusakan.
Mengutip Ibnul Qayyim, Ustaz Qosim Muhajir menegaskan bahwa cara menghadapi hawa nafsu adalah dengan mukhalafatuha, yaitu menyelisihinya. “Ketika hawa nafsu mendorong Anda untuk bermaksiat, lawanlah! Jika hawa nafsu menyuruh tidur, bangunlah! Jika menyuruh meninggalkan ibadah, maka lakukanlah ibadah itu dengan lebih giat,” pesannya.
Sebagai penutup, Ustaz Qosim Muhajir mengajak para santri dan civitas akademika yang hadir untuk terus meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadan dan menjadikannya sebagai momentum perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. “Jangan sampai kita menjadi manusia yang merugi, yang sudah beramal tetapi tidak membuahkan hasil apa pun,” pungkasnya.